Jawa Timur kian menunjukkan perannya sebagai Gerbang Baru Nusantara, terutama dalam memenuhi kebutuhan pangan, logistik, dan bahan baku untuk wilayah Indonesia timur. Untuk mengoptimalkan potensi ini, penguatan sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Jatim menjadi kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan mendukung keberlanjutan pembangunan nasional. Dukungan modal UMKM diperlukan untuk menopang Jatim sebagai Gerbang Baru Nusantara.
Â
Berdasarkan data dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur, produksi padi Jatim tahun 2024 tercatat sebesar 9,23 juta ton, setara dengan 5,31 juta ton beras. Capaian ini berkontribusi sebesar 17,56% terhadap kebutuhan pangan nasional. Selain itu, produksi jagung di Jatim pada 2024 mencapai 4,49 juta ton pipilan kering dengan kadar air 14%. Produksi daging, susu, dan telur di provinsi ini juga mencatatkan surplus, memberikan kontribusi signifikan untuk memenuhi kebutuhan provinsi lain di Indonesia. Di tahun 2025, target tanam padi seluas 2,75 juta hektar dan alokasi pupuk bersubsidi terbesar di Indonesia. Angka-angka tersebut menegaskan posisi Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional.
Selain itu, Jatim merupakan pemasok utama pangan untuk kawasan timur Indonesia. Produksi beras, jagung, daging sapi, susu, telur, serta hasil perikanan telah mencatat surplus yang sangat signifikan, yang tidak hanya memenuhi kebutuhan provinsi-provinsi lain tetapi juga memberi kontribusi besar pada ekspor Indonesia. Sektor perikanan yang produktif, dengan rata-rata produksi 598 ribu ton dalam periode 2020-2023, menjadikan Jatim sebagai salah satu penyedia pangan berbasis protein ikan terbesar di Indonesia.
Sebagai wilayah penopang ekonomi, Jatim tak hanya berperan dalam menciptakan pangan bagi Indonesia, tetapi juga menjadi pusat distribusi logistik yang vital. Keberadaan Pelabuhan Tanjung Perak, yang melayani hampir 80% rute tol laut, dan Bandara Juanda yang menjadi hub penerbangan utama di wilayah timur, menunjukkan betapa vitalnya peran Jatim dalam mendukung distribusi barang dan mobilitas antarprovinsi. Pelabuhan ini juga menjadi jalur utama pengiriman logistik untuk lebih dari 19 provinsi di Indonesia Timur, termasuk IKN.
Keunggulan logistik dan ketahanan pangan inilah yang membuat Jatim semakin berperan sebagai Gerbang Baru Nusantara. Dengan kesiapan infrastruktur, baik untuk transportasi barang maupun penumpang, Jatim siap mendukung kebutuhan logistik dan material penting untuk IKN dan kawasan Indonesia timur lainnya. Ini memberikan tantangan sekaligus peluang besar bagi sektor UMKM Jatim untuk berkembang.
Keterlibatan UMKM Pangan, Ekstraktif, dan Manufaktur di Jawa Timur
Untuk menjadikan Jawa Timur sebagai Gerbang Baru Nusantara, khususnya dalam ketahanan pangan dan logistik bagi Indonesia Timur, sektor industri besar tidak dapat bekerja sendiri. Kerja sama erat dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di berbagai sektor seperti pertanian, agribisnis, ekstraktif, manufaktur, konstruksi, logistik, dan industri kreatif sangat diperlukan. UMKM tidak hanya menyuplai bahan baku atau produk setengah jadi, tetapi juga memenuhi kebutuhan pangan, produk, dan jasa yang didistribusikan baik di dalam negeri maupun ekspor.
Selain itu, UMKM ini juga berperan penting dalam menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan daya saing ekonomi daerah. Data Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Jawa Timur menyebutkan kontribusi koperasi dan UMKM pada PDRB Jatim mencapai 59,18% selama 2023. Saat ini ada 1,5 juta pelaku UMKM dan 5,5 juta petani yang tersebar di seluruh Jawa Timur.
Namun, banyak UMKM di Jatim, termasuk petani, yang masih menghadapi tantangan besar, terutama dalam akses modal, teknologi, dan pasar. Banyak yang kesulitan mengembangkan kapasitas produksi akibat keterbatasan dana dan kurangnya pemahaman mengenai produk pembiayaan. Hal ini diperburuk dengan minimnya dokumen legalitas usaha dan keterbatasan jaminan.
Agar UMKM dapat berkontribusi maksimal, penguatan sektor modal sangat diperlukan. Perbankan, pemerintah, dan lembaga keuangan harus berkolaborasi untuk memberikan solusi yang lebih efektif. Dengan kebijakan yang mendukung akses pembiayaan, UMKM bisa berkembang pesat, menciptakan lapangan kerja, dan mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dukungan Modal Memperkuat UMKM
Dukungan modal bagi UMKM di Jawa Timur bukan sekadar kebutuhan, tetapi keharusan. Tanpa akses pembiayaan yang memadai, sulit bagi pelaku usaha kecil untuk berkembang, meningkatkan produksi, atau bersaing di pasar yang semakin kompetitif. Di sinilah peran pemerintah daerah dan perbankan menjadi sangat penting dalam menyediakan skema pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan UMKM.
Pemprov Jatim bersama Bank UMKM Jatim menghadirkan Program Dana Bergulir (Dagulir) Executing dan Paket Kredit Petani Jawa Timur (PKPJ) untuk membantu UMKM dan petani mengakses modal dengan bunga ringan—4% per tahun untuk Dagulir dan 6% untuk PKPJ. Program ini juga menawarkan jangka waktu pengembalian yang fleksibel, memberikan kesempatan bagi UMKM untuk berkembang tanpa terbebani cicilan tinggi.
Sejak diluncurkan pada Mei 2015, PKPJ telah menyalurkan lebih dari Rp2 triliun kepada 53,6 ribu petani. Sementara itu, pada tahun 2024, Dagulir Executing telah membantu 453 debitur dengan total pembiayaan mencapai Rp68 miliar dengan angka Non-Performing Loan atau kredit macet nyaris nol persen. Angka ini menunjukkan bahwa akses pembiayaan yang mudah dan terjangkau dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara signifikan.
Selain itu, peran Bank Perekonomian Rakyat (BPR) semakin strategis dengan adanya Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK). Regulasi ini memungkinkan BPR memperluas layanan keuangan, termasuk transfer dana, valuta asing, hingga permodalan melalui pasar modal. Dengan begitu, UMKM kini memiliki lebih banyak pilihan untuk mendapatkan akses pembiayaan.
Penguatan UMKM melalui akses modal yang lebih luas akan semakin memperkuat daya saing daerah serta berkontribusi bagi perekonomian Indonesia secara keseluruhan. UMKM, termasuk petani mikro di dalamnya, pasti bisa mendukung Jatim sebagai Gerbang Nusantara Baru, yang berperan besar dalam ketahanan pangan, logistik, dan industri nasional.
Source : Harian Disway, https://epaper.hariandisway.com/books/nanm/#p=8